Ternyata Aku Bisa Membuktikan Bahwa Konten Berupa Tulisan Masih Memiliki Tempat. Ini Buktinya
Aku memang sering membuat konten dalam bentuk tulisan. Full. Bahkan tidak ada foto dan gambar. Hanya dengan latar belakang polos saja. Warnanya hanya ada dua saja. Bisa dengan font berwarna merah muda atau hitam dengan dasar putih atau sebaliknya. Jadi, orang fokus pada tulisannya.
Konten seperti itu bahkan bisa tembus puluhan ribu views. Menurutku sangat menyenangkan saat melihat angka tersebut. Hanya saja, aku sempat merasa lesu saat melihat perolehan dari salah satu akun media sosial yang tak begitu memuaskan. Padahal sebelumnya mau di akun apa pun perolehannya cukup bahkan sangat tinggi dimataku. Oia, setiap orang memiliki standar yang berbeda satu sama lain kan soal jumlah views ini.
Aku lupa persisnya. Sempat mengobrol dengan salah satu kenalan. Hubungan kami sebenarnya baik dan manis. Meski tidak terlalu akrab atau selalu terhubung. Padahal saat itu aku hanya bercanda saja saat menanggapi kalimatnya yang memintaku menggunakan video. Karena memang konten video sedang naik saat itu. Iya, aku paham dia memiliki maksud baik. Hanya saja tidak semua dalam keadaan prima. Ini bukan alasan. Tidak semua orang sedang dalam keadaan baik-baik saja. Meski dia tak ada masalah untuk tampil di LIVE, video, kamera, dll. Bahkan saat LIVE saja berjalan lancar hingga dapat banyak ribuan penonton meski dengan sedikit follower.
Awalnya aku memang menanggapi setiap kalimatnya dengan serius. Hingga aku menjawabnya kalau aku pemalu, dll. Padahal sebenarnya aku hanya ingin bilang saat ini kondisiku sedang tidak begitu bagus. Mungkin bagi orang yang biasa. Membuat video tidaklah terlalu sulit. Berbeda denganku saat ini. Walau sebenarnya aku juga sudah membuat banyak footage baik sendiri mau pun dengan tanpa aku di dalam frame. Sebagian sudah aku buat kontennya pula. Kemudian muncullah ketikan dia yang kurang enak bacaannya. Baiklah, biarkan. Aku tak meresponnya. Kalau aku merespon, bisa jauh lebih tidak enak ketikanku. Akhirnya yang ada aku lambat laun menjauh. Tanpa aku rencanakan.
Meski begitu, aku tetap tidak berhenti. Aku tetap posting semua yang sudah selesai pembuatannya. Tak sedikit yang sudah kubuat. Aku belajar untuk sabar saat melihat perolehan yang tidak membuat gembira tersebut. Prinsipku adalah kalau aku bersungguh hasilnya pun tidak akan berani berkhianat.
Walhasil aku pun mulai melihat hasilnya. Tadi pukul 00.30 WIB aku terbangun dan reflek membukat analitik postinganku di salah satu media sosialku. Angkanya sangat menakjubkan. Salah satu postinganku yang terlihat gagal di awal. Hanya mendapatkan sedikit views. Tetapi tidak aku hapus sama sekali. Ya, aku tak pernah menghapus meski views tidak begitu menyenangkan. Mengingat biasanya ada moment tertentu dimana views bisa melonjak drastis. Atau bisa juga naik ke atas pelan tapi pasti.
Sementara ini tiba-tiba saja langsung 64K. Belum lagi serbuan komen yang menakjubkan di mataku. Sehingga aku merasa optimis luar biasa. Yes! Apa yang kulakukan berhasil juga. Ini sangat menyenangkan.
Alhamdulillah semua postinganku mendapatkan views yang terbilang tinggi. Rupanya aku masih “shinning, shimmering, splendid”. Mungkin akan ada yang mentertawakan ini. Tapi benar, hal itu membuatku yakin ternyata kemampuanku masih ada. Keputusanku juga sudah tepat.
Setelah memiliki WINNING CONTENT, aku terus membuat konten serupa. Dan akhirnya berhasil juga. Karena aku sudah cukup lama vakum atau sesekali posting. Jadi, ini sudah sesuatu yang membuatku semakin bahagia. Layaknya dapat dopamin.
Jadi, buat kamu yang sekarang sedang mencoba peruntungan dengan kontenmu. Jangan menyerah. Jangan salah ada juga lho yang “mengejek dan satir” saat kamu sedang “kembali”. Lelaki pula. Sangat menyedihkan, bukan? Dia.
Aku bisa. Kamu bisa. Oia, soal WINNING CONTENT sudah aku buat di salah satu media sosialku. Nanti aku perjelas secara gamblang di blog ya.